Peluang Bisnis

Sponsored Links


Sekarang saya akan sedikit bercerita tentang salah satu budaya Jawa. Beberapa waktu yang lalu saya sudah pernah sedikit bercerita tentang budaya Jawa, yaitu penggunaan kata-kata untuk melambangkan bilangan: Candra dan Surya Sengkala.
Sekarang saya masih akan bercerita tentang budaya Jawa yang masih ada kaitannya dengan tulis-menulis, yaitu tentang sejarah huruf Jawa atau kadang disebut huruf Hanacaraka dan juga makna filosofisnya. Mengingat panjangnya cerita tentang huruf Jawa ini maka saya akan menulis makna filosofis huruf Jawa di posting selanjutnya.
Ada berbagai macam versi tentang riwayat huruf Jawa tersebut, ada yang menyebutkan bahwa yang pertama mencetuskan (mau pakai kata menciptakan ataupun menemukan rasanya tidak pas) huruf Jawa tersebut adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo dari kerajaan Mataram di Yogyakarta tetapi ada juga yang menyebutkan kalau huruf Jawa sebenarnya dikenalkan oleh Aji Saka.
Nah, tentang riwayat Aji Saka itu sendiri juga ada beberapa versi karena ada yang mengatakan bahwa Aji Saka sebenarnya adalah seorang ulama dari Mekkah (tidak tahu nama aslinya) dan ada juga yang menyatakan bahwa Aji Saka adalah ksatria asli Jawa. Karena kebanyakan orang menyatakan bahwa Aji Saka-lah yang mengenalkan huruf Jawa pertama kali maka sekarang saya akan menceritakan salah satu versi sejarah munculnya huruf Jawa yang lumayan populer.
Salah satu versi cerita menyatakan bahwa huruf Jawa tersebut sebenarnya menceritakan bagian dari sepenggal kisah perjalanan Aji Saka. Huruf Jawa tersebut menceritakan tentang kesetiaan dua orang pengikut Aji Saka. Kira-kira secara garis besar ceritanya seperti ini (saya yakin ada banyak versi lainnya):
Aji Saka adalah seorang pengembara yang terkenal sebagai penakluk seorang raja penuh angkara murka, yaitu Prabu Dewata Cengkar. Dalam mengembara Aji Saka senantiasa diikuti dua orang pengikut setianya (maaf lupa namanya :) ).
Ketika pengembaraan pada suatu tempat Aji Saka meninggalkan senjata pusakanya dan menyuruh salah seorang pengikutnya untuk menjaga senjata pusaka tersebut (ada versi lain yang menyatakan bahwa Aji Saka pergi mengembara dan senjata pusakanya ditinggalkan di keraton untuk dijaga salah seorang pengikutnya). Aji Saka menyuruh sang abdi untuk menjaga senjata pusaka baik-baik dan tidak boleh menyerahkan senjata pusaka tsb selain kepada Aji Saka sendiri.
Aji Saka kemudian melanjutkan pengembaraan bersama seorang abdi yang lain hingga pada suatu tempat Aji Saka meminta abdinya yang kedua untuk mengambil senjata pusakanya yang ditinggalkan. Pergilah abdi yang kedua untuk mengambil pusaka, tetapi abdi pertama tidak mau menyerahkan pusaka karena dia memegang teguh perintah Aji Saka (hanya boleh menyerahkan pusaka kepada Aji Saka).
Di lain pihak, abdi yang kedua juga bersikeras untuk menunaikan tugas dari Aji Saka untuk mengambil pusaka. Karena kedua orang abdi berusaha menjalankan tugasnya masing-masing maka akhirnya terjadilah pertarungan yang cukup seimbang yang mengakibatkan kematian kedua orang utusan tsb. Sehingga akhirnya kisah tersebut diabadikan dalam huruf Jawa sebagai berikut:
Ha na ca ra ka –> Hana caraka = Ada utusan
Da ta saw a la –> Data sawala = saling berselisih
Pa dha ja ya nya –> Padha jayanya = sama kuatnya
Ma ga ba tha nga –> Maga bathanga = sama-sama mati/ menjadi bathang (mayat)
Adapun huruf Jawa itu sendiri adalah sebagai berikut:
Demikian cerita singkat salah satu versi sejarah munculnya huruf Jawa.

1 komentar:

Tolong mohon penjelasan makna huruf jawa yang dibalik, benarkah memiliki makna spiritual yang tinggi ? Maturnuwun

Unknown mengatakan...
23 Mei 2008 pukul 23.48  

Posting Komentar

Design by Ojo Dumeh lihat cara menggukannya pada Alauddin 3 Column Template.